Mobil Jarang Beroperasi, Kapan Ganti Oli?

Pertanyaan seperti ini muncul dari seorang pengendara yang memiliki mobil lumayan banyak. Karena punya lebih dari satu, maka ada mobil yang benar-benar jarang beroperasi. Lebih sering nongkrong di garasi ketimbang diajak keliling-keliling dari satu tempat ke tempat lain. Praktis, angka di tripmeter mobil tidak cepat bertambah. Lalu, adakah efek buruk jika penggantian oli cuma bersandar pada indikator jarak tempuh?

Apabila mobil tidak dihidupkan dalam waktu lama atau jarang dipakai, sebaiknya penggantian oli juga memperhatikan masalah waktu. Berapa pun angka di KM, jika oli mesin sudah lebih dari 3 bulan lebih baik ganti dengan yang baru. Kecuali, ada keterangan khusus baik dari pabrikan mobil maupun pabrikan oli.

Penggantian oli secara berkala ini perlu dilakukan agar kualitas maupun kuantitasnya tetap maksimal. Kondisi oli yang prima sangat dibutuhkan agar tugas pelumasan komponen-komponen mesin dapat berjalan dengan baik.

Terlepas dari masalah jarak tempuh maupun waktu pakai, ada ciri-ciri yang bisa kita kenali untuk mengetahui kualitas oli. Karena, bisa saja jarak tempuh masih pendek dan waktu pakai belum sampai 3 bulan tapi oli sudah masuk kategori rusak. Contoh, jika tercampur air setelah terkena banjir misalnya.

Ciri ciri oli yang sudah buruk diantaranya adalah warna yang sudah kehitam-hitaman (keruh). Jika dioleskan di ujung-ujung jari akan terasa kasar. Rasa kasar adalah tanda bahwa oli sudah banyak mengandung serbuk metal, maupun kotoran.

Pada beberapa kasus, oli mesin juga bisa berwarna coklat kental mirip susu coklat. Ini terjadi jika oli mesin tersebut telah bercampur air. Air ini bisa berasal dari mesin itu sendiri, akibat adanya kebocoran pendinginan. Bisa juga air ini berasal dari luar, seperti jika kendaraan terendam air atau memasuki genangan air. (Source : AstraWorld)