Waspadai Mesin Tak Stabil Saat Idle

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang boros bukan hanya disebabkan oleh gaya berkendara yang tidak tepat, jalan macet, melainkan juga bisa dipengaruhi dari setingan mesin kendaraan kita. Terutama dari pengaturan campuran bahan bakar dan udara yang kurang pas. Bisa jadi, pengaturan perbandingan bahan bakar mesin tidak tepat sehingga membuat campuran menjadi “gemuk”. Disebut “gemuk” karena pasokan bahan bakar ke ruang bakar lebih besar dari yang dibutuhkan.

Itu sebabnya, pengaturan campuran udara dan bahan bakar mempengaruhi boros tidaknya konsumsi bbm. Nah, untuk mengetahui pas atau tidaknya pengaturan tersebut, caranya sangat mudah. Salah satunya dapat kita deteksi ketika mesin dalam posisi idle. Jika RPM mesin turun naik, ini pertanda pengaturan perbandingan bahan bakar dan udara yang kurang pas. Seharusnya, setelah kunci kontak diputar ke posisi START dan mesin hidup, RPM tetap stabil saat pedal gas kita diamkan.

Karena itu, waspadai mesin yang tidak stabil dalam posisi idle. Selain mengakibatkan konsumsi yang lebih boros, sangat mungkin mesin tiba-tiba mati saat mobil tengah kita pacu di tengah di jalan.

Cara mengetahui pengaturan campuran bahan bakar dan udara yang kurang pas dengan metode lebih sederhana adalah melalui uji emisi gas buang. Coba saja ikuti kegiatan uji emisi gratis yang sering AstraWorld adakan melalui program Save Our World. Bila pada kertas hasil test tertera kadar HC dan CO yang terlalu tinggi, berarti bahan bakar yang masuk ke ruang bakar terlalu besar daripada yang dibutuhkan akibat pengaturan yang tidak pas.

Solusinya sederhana. Tinggal mengatur kembali perbandingan campuran bahan bakar dan udara di kendaraan. Setiap melakukan servis rutin di bengkel pun biasanya mekanik melakukan pemeriksaan dan penyetelan rasio bahan bakar dan udara yang terbakar atau sering disebut setel CO.

Meskipun demikian, bukan tak mungkin bila penyetelan sudah pas tetapi pembakaran bbm tetap tidak sempurna. Untuk memastikannya, lakukanlah pemeriksaan throttle body. Kemungkinan besar komponen tempat mengalirnya udara ini kotor dan mengganggu kelancaran aliran udara ke ruang bakar.

Selain itu, periksa juga sistem pengapiannya. Barangkali ada busi yang sudah mati, coil sudah aus atau tahanan-tahanan pada kabel busi pengapian terlalu tinggi. (Source : AstraWorld )

Beri Perhatian Khusus agar Timing Belt Tidak Mudah Putus

Dampak yang kita alami akibat timing belt putus sangat tidak mengenakkan. Jika kondisi itu terjadi ketika mobil tengah kita kendarai di perjalanan, sudah pasti mobil mogok dan tak bisa kita gunakan untuk melanjutkan perjalanan. Bukan apa-apa. Bisa dibilang bahwa komponen inilah yang berperan besar menentukan kerja mesin dengan memutar camshaft yang mengatur kapan saatnya katup membuka dan menutup selaras dengan naik turunnya piston.

Bukan tak mungkin putusnya timing belt membuat mesin harus di-overhaul akibat kerusakan-kerusakan pada katup (bengkok atau patah) akibat tertabrak piston.
Timing belt putus memang bisa bikin ruwet. Padahal, perawatannya sederhana. Sebagian besar kerusakan timing belt dipengaruhi oleh faktor usia. Sisanya, disebabkan terjadinya kesalahan saat pemasangan. Pemasangan yang terlalu keras atau kendor, mempengaruhi daya tahan timing belt saat menjalankan tugasnya.

Sebelum ancaman-ancaman buruk akibat putusnya timing belt itu menimpa kita, berilah perhatian khusus:

Pertama, percayakan penggantian rutin timing belt pada bengkel resmi. Untuk mobil-mobil dengan bahan bakar bensin, penggantian bisa dilakukan setiap 40.000 sampai 60.000 km. Sementara untuk diesel, biasanya bisa dilakukan setiap 100.000 km. Bila mobil sering mengalami kemacetan dan membawa beban berat, sebaiknya waktu penggantian dilakukan lebih cepat dari angka-angka km yang disebutkan di atas.

Kelebihan lain bila melakukan penggantian timing belt di bengkel resmi adalah karena
pemasangan timing belt tidak boleh sembarangan. Pemasangan timing belt harus sesuai standar. Nah, mekanik bengkel resmi lebih bisa kita percaya dalam memastikan ketepatan pemasangan komponen ini pada masing-masing mesin mobil.

Kedua, perhatian khusus terhadap timing belt juga dapat kita lakukan dengan memeriksa ada tidaknya kebocoran oli mesin pada seal oli yang terdapat di crankshaft atau camshatf. Sebab, bila oli bocor dan mengenai timing belt, komponen ini akan cepat getas sehingga mudah putus. (Source : AstraWorld)

Lima Bunyi Abnormal yang Harus Kita Waspadai

Salah satu kesalahan kecil para pengendara yang dapat berakibat buruk adalah sikap terlalu acuh terhadap bunyi-bunyi abnormal. Karena merasa mobil masih bisa dikendarai, mereka tidak melakukan pemeriksaan apapun walau selalu mendengar bunyi-bunyi yang tidak biasa ketika tengah mengendarai mobil. Padahal, bunyi-bunyi itu bisa menjadi sinyal bahwa ada ancaman kerusakan yang lebih serius.

Mestinya, segera lakukan pemeriksaan bila terdengar suara-suara yang tidak biasa. Minimal tanyakan pada mekanik bila Anda mendengar suara mendengung, mencicit atau seperti suara benturan dua logam.

Nah, apa sajakah ke-5 bunyi tersebut? Berikut ini kami tampilkan daftarnya:

1. Suara dengung di mesin
Periksa van belt, mungkin terlalu kencang. Efek bila didiamkan saja komponen ini bisa putus yang memicu tidak bekerjanya water pump dan alternator (dinamo ampere) yang dapat mengakibatkan mesin overheating maupun batere (aki) tidak mendapat pengisian arus yang nantinya akan membuat kendaraan menjadi mogok. Kondisi van belt yang abnormal (terlalu kendor) juga bisa menimbulkan bunyi lain, yaitu bunyi mencicit. Efek buruknya sama dengan van belt terlalu kencang.

2. Suara dengung di roda
Biasanya terjadi saat mobil diajak lari dengan kecepatan tinggi (di atas 40 km/jam). Periksa bagian kaki-kaki, terutama bearing roda dan roda-rodanya. Bila suara terdengar dari depan, berarti pemeriksaan harus dilakukan di roda-roda depan. Mungkin saja bearing roda sudah aus, atau permukaan roda-roda sudah tidak rata. Memang tidak terlalu berdampak ke bagian lain, tetapi suara ini cukup mengganggu kenyamanan.

3. Suara berisik seperti logam bertubrukan di bagian depan
Terutama ketika melewati permukaan jalan yang rusak (berlubang). Periksa bagian kaki-kaki, terutama tierod dan end rod. Kemungkinan komponen ini sudah aus (tidak presisi lagi) sehingga menimbulkan bunyi saat beroperasi.

4. Suara kasar di mesin saat AC dihidupkan
Periksa kompresor AC, kemungkinan ada bearing kompresor AC yang rusak atau oli kompresor bermasalah (ada kebocoran). Jika dibiarkan akan membuat kerusakan pada kompresor itu sendiri.

5. Suara kasar seperti dua logam berbenturan
Terutama ketika gas kita hentak. Kasus ini biasanya terjadi pada kendaraan dengan sistem penggerak roda belakang. Periksa propeller shaft (kopel), kemungkinan cross joint-nya sudah aus bahkan pecah. Selain bersuara kasar, body mobil juga bisa bergetar terlalu keras bila propeller shaft tidak balance.

Selamat memeriksa. Semoga mobil Anda tetap dalam kondisi prima dan nyaman dikendarai. (Source : AstraWorld)

Mengontrol Kecepatan Bukan Sekadar Injak Pedal Rem

Pedal rem termasuk perangkat penting yang pasti kita gunakan tiap kali berkendara. Meskipun sangat akrab dan kita perlukan untuk mengontrol kecepatan kendaraan, ternyata penggunaannya tidak cukup sekadar asal injak pedal rem. Ada teknik-teknik pengereman yang sebaiknya kita kuasai.

Di samping sebagai pengemudi kita harus mengatur jarak aman agar terhindar dari tabrakan atau benturan di jalan, ada tiga poin yang harus kita perhatikan saat melakukan pengereman.

1. Injaklah pedal rem secara halus, bukan mendadak dan sekali tekan. Penginjakan yang mendadak memungkinkan rem mengunci ban. Ini sangat berbahaya karena akan menyulitkan pengemudi dalam mengontrol arah mobil. Bagi pengendara yang mobilnya sudah dilengkapi dengan ABS (anti-lock braking system), ban terkunci akibat pengereman tidak akan terjadi bila kondisi ABS dalam keadaan normal. Meskipun telah dilengkapi ABS, sebaiknya menginjak pedal rem memang tidak secara mendadak. Kecuali, objek di sekitar kita memang muncul secara tiba-tiba sehingga kita harus secara drastis segera mengurangi laju mobil.

2. Jangan menekan pedal kopling secara penuh saat menginjak pedal rem. Mirip dengan poin satu, jika pedal kopling diinjak secara penuh, kita juga akan kesulitan mengendalikan laju kendaraan dan efek engine braking menjadi tidak ada.

3. Bantu pengereman dengan menggunakan engine brake. Caranya, selain menginjak pedal rem, setelah kecepatan kendaraan turun lakukan juga penurunan perseneling ke gigi yang lebih rendah. Engine brake membantu kita lebih menghemat kanvas rem.

Seperti disebutkan pada poin ketiga, selain terkait dengan masalah keselamatan, teknik mengerem ini juga perlu kita lakukan dalam rangka lebih memperpanjang usia komponen pada sistem pengereman, terutama kanvas rem. Dan yang tidak kalah penting, usahakan tetap mengontrol diri saat melakukan pengereman. Karena, pengereman akan sangat optimal bila Anda tidak panik. (Source: AstraWorld)

Memanfaatkan Engine Braking saat Berkendara dengan Mobil Matik

Pada dasarnya engine braking tetap dapat digunakan pada mobil automatic (matic). Pemanfaatan engine braking yang dapat membantu menghemat kanvas rem bisa diperoleh dengan melakukan pemindahan tuas transmisi ke posisi transmisi yang lebih rendah (downshift). Setelah menginjak pedal rem dan kecepatan mobil berkurang, geserlah tuas transmisi dari posisi D (DRIVE) ke:

1. Ke posisi “3”, atau OFF-kan fungsi OVERDRIVE / OD pada transmisi yang masih menggunakan OVERDRIVE manual (dengan cara menekan tombol O/D yang terdapat pada tuas transmisi). Transmisi akan turun ke posisi roda gigi ketiga dan tidak akan bisa pindah ke roda gigi ke empat.

2. Pindah lagi ke posisi “2”. Transmisi akan turun ke roda gigi kedua saat kecepatan kendaraan turun dengan cepat ke kecepatan di bawah 90 ~ 80 km/j. Penggeseran ini membuat efek engine braking lebih kuat.

3. Pindah ke posisi “L”. Transmisi akan turun ke roda gigi pertama saat kecepatan kendaraan turun dengan cepat ke kecepatan di bawah 40 ~ 30 km/j. Di posisi ini engine braking didapat secara maksimum.
Lakukan ketiga hal diatas secara berurutan dari yang paling tinggi ke roda gigi yang paling rendah.
Prinsipnya mirip dengan transmisi manual, engine braking diperoleh dengan melakukan perpindahan ke transmisi yang lebih rendah. Angka kecepatan yang kami sebutkan di atas harus disesuaikan pada masing-masing kendaraan (keterangannya ada di buku pedoman pemilik).
Memang, dengan perpindahan ini maka laju mobil agak terasa tersentak. Ini tanda engine braking bekerja. Sentakan tersebut dapat semakin kita kurangi dengan memperhatikan kecepatan mobil saat melakukan perpindahan posisi tuas transmisi.
Untuk kondisi jalan pada di medan yang menanjak atau menurun, engine braking bisa kita dapatkan tanpa harus memindah posisi tuas transmisi seperti diatas. Caranya adalah dengan menjalankan kendaraan dengan posisi tuas transmisi pada posisi "2". Posisi ini membuat transmisi tidak bisa berpindah dari posisi "2" ke gigi yang lebih tinggi dan efek engine braking pada saat kita mengurangi tekanan pedal gas akan lebih besar.
Atau bisa juga menggunakan posisi "L" saat posisi kendaraan berhadapan dengan jalan yang menanjak atau menurun curam (misalnya, di basement gedung). Pada posisi ini, gigi percepatan hanya dapat bergerak pada posisi roda gigi 1 saja.

Tetapi, posisi "2" atau "L" sebaiknya tidak digunakan dalam waktu yang lama. Kalau sudah berada di jalan datar, segera pindahkan transmisi ke posisi “D”. Hal ini untuk mencegah fluida transmisi dari mengalami overheating maupun kerusakan pada transmisi. (Source : AstraWorld)

Pedal Rem Keras, Cek Booster Rem Deteksi Kerusakan

Sebagai pengendara, kita sepakat bahwa performa dan kondisi rem sangat penting bagi keselamatan di jalan. Selain penting, penggunaan pedal rem juga harus nyaman. Misalnya, pedal rem tidak keras saat kita injak. Dengan sedikit tekanan saja cukup membuat pedal rem terdorong dan laju kendaraan terkontrol. Secara teknis, ringannya pedal rem dapat terjadi karena adanya booster rem.

Maka, periksalah booster rem jika pedal rem terasa keras saat diinjak. Mungkin saja komponen yang terletak di ruang mesin (dekat master rem) ini mengalami kerusakan dan perlu perbaikan di bengkel. Nah, ada langkah-langkah awal mendeteksi rusak tidaknya booster rem.

1. Putar kunci kontak pada posisi OFF (mesin mati).
2. Kocok (tekan-lepas) pedal rem secara berulang untuk mendapatkan posisi pedal rem tertinggi (kaki tetap menekan pedal rem).
3. Hidupkan mesin.
4. Pada saat mesin sudah hidup, pedal rem akan turun dengan sendirinya (posisi kaki tetap menekan pedal rem).
5. Kemudian matikan mesin.
6. Pada saat mesin mati, maka pedal rem harus tetap posisi pada terbawah, dan pedal akan naik apabila Anda melakukan pengocokan kembali.

Bila hasil pengujian ternyata tidak sesuai dengan langkah-langkah di atas, ada kemungkinan booster rem memang bermasalah. Bila terbukti bahwa booster rem bermasalah, untuk mengatasinya Anda harus membawa mobil Anda ke bengkel. Sebab, minimal booster rem harus dioverhoul bahkan mungkin juga diganti. Untuk dua hal ini, tentu saja sebaiknya jangan Anda lakukan sendiri.

Lalu, bagaimana bila hasil pendeteksian Anda tidak menunjukkan kerusakan di booster rem? Mungkin saja pedal rem keras dipicu oleh ketidakberesan di komponen lain. Mungkin juga karena masalah pada pemasangan one way valve, atau pada kevacuman. (Source : AstraWorld)

10 Pedoman dalam Menerapkan Defensive Driving

Banyak faktor penentu keselamatan berkendara. Di tengah lalulintas yang seringkali semrawut, plus disiplin pengendara lain yang masih minim, mengambil sikap “bertahan” menjadi pilihan yang jauh lebih aman. Karena itulah kita musti menerapkan defensive driving. Sedikit berbeda dengan safety driving yang lebih mengarah ke kemampuan atau skill berkendara, defensive driving justru lebih mengarah ke pola sikap, mental serta perilaku kita.

Bagaimanakah menerapkan defensive driving? Berikut ini 10 pedoman yang harus kita camkan karena seringkali menimpa pengendara yang tidak menerapkannya.

1. Jangan pernah lengah. Berkendara memang harus rileks, tetapi harus selalu waspada. Monitor terus kendaraan dan objek-objek di sekitar Anda. Tidak hanya yang jauh di depan, pantau juga yang di belakang, kiri dan kanan melalui kaca-kaca spion.

2. Patuhi marka jalan dan traffic light. Sesuaikan laju mobil Anda dengan informasi yang terpampang di tepi jalan. Dan hati-hati saat melintasi persimpangan. Bila lampu merah menyala, tak usah menerobos. Berhentilah di belakang garis putih.

3. Jangan terpancing pengendara ugal-ugalan. Jika bertemu dengan pengendara ugal-ugalan, lebih baik mengalah. Biarkan mereka lewat lebih dulu, karena yang paling mengerikan adalah kita tidak tahu bagaimana kondisi si pengendara. Jangan-jangan, dia sedang emosi, atau bahkan sedang mabuk.

4. Jangan emosi. Seandainya pun ada yang nyalip, atau seseorang tiba-tiba membunyikan klakson berkali-kali, tetaplah tenang. Ada berjuta-juta alasan yang bisa Anda cari untuk tidak marah dan menghindari bahaya yang mengintai keselamatan Anda sendiri.

5. Jangan percaya pada pengendara lain. Meskipun pada dasarnya semua pengendara ingin selamat, sebaiknya jangan percaya bahwa mereka juga akan menjamin keselamatan kita. Tetaplah bersikap hati-hati.

6. Gunakan safety belt. Tak usah khawatir kemeja atau celana menjadi kusut akibat tertekan safety belt. Yang harus kita pikirkan, perangkat yang mungkin mengurangi kerapihan pakaian kita ini akan membuat kita selamat dan tetap hidup saat terjadi kecelakaan. Bagi pengendara sepeda motor, gunakan helm dengan benar.

7. Gunakan lampu sign untuk komunikasi pada sesama pengendara. Pastikan cahayanya terang. Jika akan berbelok, sama sekali tidak sulit untuk menyalakan lampu sign agar pengendara lain tahu Anda akan berbelok.

8. Singkirkan benda-benda yang berpotensi mengganggu konsentrasi berkendara. Kewaspadaan juga harus kita bangun dengan menciptaan lingkungan yang membantu konsentrasi berkendara. Bahkan, bila ada telpon masuk handphone saat Anda tengah mengemudi, tidak perlu diangkat dulu karena bisa mengganggu konsentrasi.

9. Jangan minum minuman memabukkan. Karena kesadaran sangat penting, hindari minum-minuman memabukkan. Bahkan, jika minum obat yang menimbulkan kantuk, sebaiknya kita tidak berkendara.

10. Lebih baik menunggu kereta lewat. Ini biasa terjadi di persimpangan lintasan kereta. Banyak pengendara menduga-duga kereta masih jauh ketika sinyal tanda kereta akan lewat sudah berbunyi. Menunggu beberapa menit jauh lebih baik. (Source : AstraWord)